Kamis, 20 November 2008 seluruh siswa kelas VIII Al Azhar BSD bersiap untuk melakukan perjalanan wisata ilmiah menuju daerah Wanayasa, Purwakarta Jawa Barat.
Pukul 06.00 mereka sudah bersiap dengan membawa koper baju ganti dan persedian makanan. karena diperkirakan siswa-siswi al azhar akan mendaki gunung menuju Situ Cipurut dengan melewati berbagai halang rintang yang cukup berat. medan yang akan di tempuh pun cukup berat, karena licin, mendaki dan menurun sehingga mau tidak mau seluruh siswa dan siswi harus membawa perlengkapan pendakian dan persediaan makanan.
Setelah berdo`a dan bersiap, kurang lebih pukul 06.10 WIB rombongan pun mulai berjalan menuju wanayasa. dengan perasaan gembira dan sorak sorai siswa-siswi SMP I Al Azhar BSD mulai menyusuri jalan tol BSD, Cikampek dan cipularang. Keluar tol kami langsung menyusuri jalan raya Purwakarta untuk menuju daerah wanayasa. sepanjang jalan rombongan melihat berbagai objek yang tidak dijumpai di daerah BSD, seperti sungai, hutan bahkan situ (bendungan).
Kurang lebih pukul 09.30 WIB, rombongan Wisata Ilmiah Siswa siswi SMP Al Azhar BSD tiba di tempat tujuan. Kami turun dari bis, kemudian kami berjalan sejauh 500 meter menuju sentra anyaman bambu untuk berkumpul dan melaksanakan acara pembukaan. diperjalanan menuju sentra anyaman bambu, kami disambut oleh sekelompok ibu-ibu yang sedang memukul-mukulkan halu ke lesung
(tutunggulan).
Kurang lebih pukul 10.00 WIB acara pembukaan pun dimulai. Sambutan demi sambutan terlontar, mulai dari sambutan kepala desa hingga sambutan dari Wakasek yang diwakili oleh Bpk. Mulyono, S.Pd.
Setelah sambutan selesai, siswa dan siswi dibagi dua kelompok. kelas 8.1, 8.2 dan 8.3 berada di sentra anyaman untuk mendapatkan materi tentang anyaman bambu sedangkan kelas 8.4, 8.5 dan 8.6 berjalan menuju tempat pembuatan gula aren yang berjarak sekitar 100 meter dari tempat anyaman bambu.
masing-masing kelompok diberi waktu kurang lebih 30 menit untuk mendengar penjelasan dan praktek. setelah 30 menit, kedua kelompok saling bertukar tempat. Yang dari anyaman bambu menuju ke pembuatan gula aren, sedangkan yang membuat gula aren menuju ke tempat anyaman.
Siswa dan siswi peserta Wisata Ilmiah sangat antusias mempraktekan cara menganyam kipas dari bambu. waktu yang 30 menit mereka rasa sangat kurang untuk mempraktekan cara menganyam kipas dari bambu. bahkan beberapa siswi duduk sila di atas saung (rumah-rumahan dari bambu) dan enggan beranjak dari tempat mereka duduk dan menganyam. ketika disuruh pindah, mereka berkata
"ach bapak, lagi seru nich...!!!"Di tempat membuat gula aren pun siswa memperhatikan penjelasan dan praktek membuat gula aren dengan seksama. di tempat ini, tidak semua siswa dapat terlibat karena keterbatasan sarana dan waktu yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakan praktek pembuatan gula aren.
menurut perajin gula aren Desa Wanayasa, pembuatan gula aren membutuhkan waktu 5 - 6 jam berarti membutuhkan waktu hampir setengah hari, sedangkan kami hanya memiliki waktu sekitar 30 menit sehingga peserta Wisil hanya di perlihatkan cara mencetak gula yang masih cair ke dalam gandu (cetakan gula yang terbuat dari bambu).
hal yang menarik di tempat pembuatan gula aren ini adalah siswa dan siswi lebih tertarik kepada menghafal istilah-istilah yang dipakai dalam pembuatan gula aren tersebut. seperti LODONG, LAHANG dll. pokoknya banyak sekali kata-kata aneh yang menarik... selain itu mereka penasaran ingin mencicipi gula yang sudah jadi. bahkan beberapa siswa harus berebut gula yang masih menempel di wajan, sisa gula yang di cetak ke gandu.
Suatu kehormatan bagi kami, karena Bapak H. Kamaludin, M, Sm,Q. MM. selaku Ketua Pelaksana Harian beserta staf (Bapak H. Yosef M. dan Bapak Wawan) berkesempatan hadir di acara Wisata Ilmiah ini. Beliau langsung meninjau ke sentra pembuatan anyaman bambu dan sentra pembuatan gula aren.
Setelah kedua kelompok saling berganti, akhirnya tibalah waktu
makan siang. semua siswa dikumpulkan di tempat anyaman bambu (tempat pembukaan) kemudian dibagikan makan siang. Dalam pembagian makan siang ini sempat terjadi kekacauan, karena box nasi terdapat 2 warna walaupun isinya sama. Sempat beredar isyu bahwa box merah khusus untuk siswa yang kurus dan box putih khusus untuk yang agak gemuk, sehingga mereka yang kurus dan mengambil box putih ingin menukar box menjadi warna merah, sebaliknya mereka yang agak gemuk dan mendapatkan box merah ingin menukarkan menjadi box putih. tetapi setelah diberikan penjelasan bahwa itu hanya
isyu. Selain siswa makan siang, guru pun makan siang. disajikan makanan khas Purwakarta yaitu SATE MARANGGI...., sate yang cukup gurih dan nikmat sehingga menambah selera makan. Ibu Atirah, Ibu Dewi, Ibu Widi yang biasanya cukup makan setengah porsi, bisa nambah sampe satu setengah bahkan dua setengah porsi.
setelah makan, seluruh siswa dan siswi peserta Wisil didampingi oleh bapak ibu guru pendamping dan panitia bergegas menuju mesjid yang terletak sekitar 100 meter dari tempat mereka makan (sentra anyaman bambu) untuk melaksanakan shalat Dzuhur berjamaah.
Pk. 12.15 WIB seluruh peserta Wisil dibariskan di depan mesjid oleh Panglima PASGAP, diberi pengarahan dan dipersiapkan untuk melakukan praktek membajak sawah, menanam padi dan pendakian ke kaki gunung burarang untuk menuju situ cipurut. Situ Cipurut merupakan cagar alam yang berada di kaki gunung Burangrang yang memiliki luas area 2700 Ha. Cagar Alam ini di bawah pengawasan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat Seksi Konservasi Wilayah I.
Setelah diberi penjelasan mengenai jarak tempuh dan medan yang akan di lalui, pada pk. 12.25 Peserta Wisata Ilmiah diberangkatkan menuju tempat menanam padi, membajak sawah, menagkap ikan, membakar ikan dan situ Cipurut.
Perjalanan menuju tempat bermain lumpur (menanam padi, membajak sawah, dan menangkap ikan) menempuh rute kurang lebih 1 Km, jarak yang "cukup lumayan" untuk siswa-siswi SMP Al Azhar BSD. Dengan penuh perjuangan melalui jalan yang mendaki, di bawah terik matahari yang menyengat peserta Wisil terus melangkahkan kakinya tanpa ada keluh kesah. Yang ada di benak mereka hanyalah bermain lumpur dan Air terjun Situ Cipurut yang konon katanya lebih indah daripada air terjun niagara.
Pk. 13.30 peserta tiba di sawah tempat yang akan digunakan untuk praktek menanam padi, membajak sawah dan menangkap ikan. Disana sudah berdiri Pedro dan Majikannya menyambut kedatangan siswa-siswi Al Azhar BSD. Para peserta tidak menyia-nyiakan waktu, mereka langsung melepas sepatu/sandal, dan meninggalkan barang bawaannya kemudian langsung turun ke sawah untuk mempraktikkan cara membajak sawah dan menanam padi. Beberapa siswa berkata "
ini dia moment yang kita tunggu..., turun ke sawah dan bermain lumpur!!!" Tapi... terdapat beberapa siswi yang enggan untuk turun ke sawah dan menginjak lumpur. salah satu siswi tersebut berinisian JS, ia sampe nangis karena dipaksa turun ke sawah Oleh Pak Mulyono dan Pak Norman. Menurut pengakuan Js, ia takut cacing, dan binatang-binatang dan yang paling bikin saya geli adalah ketika JS mengatakan "saya takut menginjak kotoran PEDRO".
Kurang lebih setengah jam peserta wisil mendapat pengarahan mengenai membajak sawah dan menanam padi, para peserta di beri kesempatan untuk mempraktekan membajak sawah dan menanam padi. Para peserta berebut untuk naik/duduk di tempat membajak sawah (wuluku) yang ditarik oleh pedro dan diikuti oleh majikannya. Karena keenakan naik pembajak sawah, sampe-sampe pembajak sawah (wuluku) patah. Karena tidak ada wuluku cadangan, maka praktek membajak sawahpun dihentikan. Begitu pula pada praktek menanam padi peserta sangat antusias untuk mencoba menanam padi. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar siswa dan siswi SMP I al Azhar BSD mengetahui bagaimana perjuangan petani untuk menanam padi yang akhirnya menghasilkan beras yang menjadi makanan pokok kita sehari-hari. Sehingga mereka dapat menghargai jasa-jasa para petani.
Tiba saatnya pada game yang cukup seru, yaitu menangkap ikan di lumpur. Seluruh siswa dan siswi peserta wisil berkumpul di dua petak sawah yang sudah ditanami ikan oleh panitia. Ikan yang dilepaskan di lumpur sawah tersebut berjumlah 230 ekor (kurang lebih 30 kg). Peserta wisil berlomba-lomba menangkap ikan tersebut sebanyak-bnayaknya, karena peserta yang mendapatkan ikan terbanyak akan mendapatkan hadiah dari panitia. Para peserta tidak memikirkan bau dan kotornya lumpur, mereka tetep semangat menangkap ikan walaupun baju dan kepala harus belepotan lumpur. Gaya menangkap ikan mereka pun berbeda-beda, mulai dari gaya perlahan, mengendap seperti akan menangkap jangkrik sampe cara menangkap ikan seperti menangkap ayam, bukannya dapet ikan malahan dapet kotornya doank. Dibalik kegembiraan dan gaduhnya suasana karena girangnya peserta, terdapat beberapa peserta yang berteriak-teriak ingin naik ke daratan karena mereka takut digigit ikan. Padahal, ikan yang dilepas panitia bukan ikan paus, hiu ataupun ikan arwana ganas yang dapat melahap manusia, hanya ikan mas kecil yang besarnya segenggaman tangan mereka. kesempatan ini tidak di sia-siakan oleh beberapa peserta untuk bermain lumpur. Ada yang mengusap temennya dengan lumpur, ada yang yang saling melempar lumpur dan ada pula yang bergulat di lumpur, sehingga badan mereka bener-bener kotor dan bau...! Bahkan saya pun merupakan salah satu korban yang terkena lemparan lumpur nyasar dari peserta. Selain itu beberapa siswa pun berusaha untuk menjatuhkan saya ke lumpur, karena jumlah mereka lebih dari 3 orang (Rifki, teguh, dkk.) akhirnya saya pun terseret dan tercebur ke lumpur. Baju saya yang asalnya biru, berubah menjadi coklat.
Waktu untuk menangkap ikan pun sudah usai, hampir semua peserta mendapatkan tangkapan ikan. mereka sangat bangga, karena ikan yang cukup licin dapat mereka lumpuhkan dan tangkap dengan tangan kosong. Semua peserta menggenggam erat hasil tangkapannya karena takut lepas ke lumpur lagi. setelah mereka memperlihatkan hasil tangkapannya mereka memasukan ikan tersebut ke dalam karung yang sudah di sediakan untuk di bakar dan di makan sama-sama. setelah itu, seluruh peserta dan guru yang tercebur diinstruksikan untuk mandi di sungai sebelah sawah. Sungguh kenangan terindah yang pernah penulis dapatkan, penulis dapat bergabung beserta siswa peserta wisil untuk bermain bersama. Suasana keakraban dan kekeluargaan tercipta disana. Akhirnya peserta pun mandi di sungai yang airnya sangat jernih. Air yang asalnya bersih, berubah menjadi coklat setelah seluruh peserta Wisil turun ke sungai. Di sungai tersebut, seluruh peserta membersihkan diri.
Setelah membersihkan diri mereka diinstruksikan untuk naik ke darat, karena peserta sudah ditunggu oleh hidangan bakar ikan, Teh hangat asli wanayasa dan snack. Disini peserta pun sempat berebut bakar ikan, mereka ingin merasakan bakar ikan hasil tangkapan mereka. Setelah mendapatkan bagian, peserta pun langsung melahap bakar ikan hangat. Bahkan Devi, salah satu peserta enggan berbagi dengan kawannya, ia ingin menikmati hasil perjuangannya menangkap ikan. Indra, salah satu peserta wisil yang cukup ganteng (
bintang iklan obat muka pecah-pecah dan sariawan) langsung berfikir, seandainya Teh yang nikmat ini di iklankan di TV dan di bintangi oleh dirinya langsung, pasti yang terkenal itu bukan Situ Wanayasa, tapi Teh Wanayasa. Indra pun sempat berfikir untuk casting di tempat tersebut untuk mengiklankan Teh Asli dari Wanayasa Tersebut.
Setelah istirhat dan makan ikan bakar, seluruh siswa berkumpul dengan di pandu oleh Panglima Pasgap. Mereka ditanya
"Apakah mau melanjutkan perjalanan menuju air terjuan niagara - nya Purwakarta?" mereka semua menjawab "mau...!!!". Setelah diberi pengarahan bahwa yang merasa cape dan sekiranya tidak kuat melanjutkan perjalanan, hendaknya istirahat di tempat pembakaran ikan, kami semua mulai jalan menyusuri jalan licin dan mendaki. Dan Ternyata semua peserta ikut melanjutkan perjalan. Bahkan Bpk. H. Kamaludin pun ikut beserta peserta menuju air terjun Situ Cipurut. Selain Bapak Kamaludin, beberapa orang tua pun ikut dalam perjalanan ini diantaranya Mamahnya Rifky (Ibu Yenny), mamahnya Sonia (Ibu Yeni Suhartono) dll. Perjalanan menuju air terjun tersebut kurang lebih berjarak 1 Km, pengorbanan yang tidak seberapa di bandingkan dengan keindahan air terjun Situ Cipurut.
Selangkah demi selangkah namun pasti, kami pun berjalan melewati perkampungan, perkebunan teh, kandang domba dll. Yang ada di benak kami hanyalah mandi di air terjun, sehingga se capek apapun kami tetap berjuang untuk menuju ke sana. Bahkan sampe titik darah penghabisan pun kami akan tetap berjuang... pokoknya
SEMANGAT!Saya bersama rombongan paling belakang (Aw, Gesa, M. Azka, Bu Dewi, Bu Yenni, Dkk.) menjadi rombongan penyapu. Alhamdulillah dengan semangat juang 45 tidak ada satupun yang terhenti di jalan, semua tiba di air terjun dengan selamat, sentosa adil dan makmur (UUD 45 kalee...). Kami tim paling belakang merasaka kecewa juga, karena peserta yang lain sudah sampe cukup lama di air terjun sehingga mereka dapat menikmati air terjun dengan cukup lama, sedangkan kami, baru datang sudah disuruh pulang lagi. Untungnya Pak Mulyono memberi kesempatan 5 menit untuk kami bermain dan berendam di air terjun.
Tapi sayang, saya tidak terlalu menikmati Keindahan alam milik Allah itu, karena saya harus menolong beberapa siswi peserta wisil yang kram akibat kedinginan, bahkan ada 4 - 6 orang siswi yang merasa kedinginan sangat parah bahkan mereka harus di angkat ke luar dari air. Panitia cukup kerepotan juga, karena saat itu peralatan medis hanya membawa alakadarnya. yang paling diperlukan saat itu adalah baju kering, jaket dan obat-obatan yang bisa menghangatkan tubuh.
Hari pun menjelang sore, tiba saatnya kami untuk turun gunung menuju bis dan melanjutkan perjalanan ke Hotel Jatiluhur.
Saya, Pak Kamal, Pak Agus Eka, Pak Asep, Pa Manaf, Bu Dewi, Bu Atirah, dan Bu Dewi menjadi tim evakuasi korban kedinginan. 3 orang di antara korban tidak dapat berjalan dan mereka harus dibopong. Kami pun melakukan perjalanan pulang dengan tertatih-tatih, karena cukup sulit juga membawa korban kedinginan tersebut melewati turunan curam dan licin. Tetapi meskipun sulit, tim evakuasi tetep bekerja untuk membawa korban tersebut kembali ke tempat bakar ikan.
Di tengah perjalanan kami menemukan sebuah warung kecil yang menyediakan jajanan warung dan air minum, kami pun berhenti sejenak untuk istirahat, minum dan menikmati beberapa jajanan kampung. Disitu saya mencoba untuk menghibur peserta wisil dengan menampilkan atraksi-atraksi yang menyeramkan dan mengundang tawa, sehingga para peserta dapat melupakan kelelahannya untun melanjutkan perjalanan yang diperkirakan masih 1,5 Km lagi.
Setelah menikmati teh hangat dan jajanan, kami bergegas meninggalkan warung tersebut menuju tempat pembakaran ikan dan bis. Perlahan tapi pasti, kami pun akhirnya tiba di tempat pembakaran ikan. kami beristirahat dan beberapa peserta melanjutkan perjalanan menuju bis dengan menggunakan Ojek karena mereka sudah tidak sanggup lagi menapakkan kakinya untuk menuju bis.
Pukul 17.45 seluruh peserta sudah berada di bis, dan bis siap untuk diberangkatkan menuju hotel Jatiluhur. Perjalanan menuju hotel Jatiluhur menghabiskan waktu kurang lebih satu jam setengah. Saya tidak dapat menceritakan bagaimana keadaan dalam bis, soalnya saya tidak ikut bis, soalnya harus bareng pake Kuda nya Pa Mulyono. Saya dan Pak Mulyono tidak mengikuti Bis Peserta, melainkan kami harus pamit terlebih dahulu ke rumah orang tua Pak Asep Saputra. Yang Jelas saya yakin, anak-anak di bis dah cukup kelelahan dan pasti pada tidur meskipun mereka belum mandi setelah dari air terjun tadi. Pakaian mereka yang basah setelah berendam, kering lagi di badan.
Pukul 19.00 peserta wisil tiba di hotel Jatiluhur, mereka mengambil kunci kamar dan memasuki ruang kamar sesuai dengan temapat yang telah di bagi panitia. Mereka mandi dan melaksanakan shalat subuh dan Isya.
Selang setengah jam, saya dan pak Mulyono bergegas mengikuti bis menuju Hotel Jatiluhur, yang direncanakan menjadi tempat peristirahatan kami sebelum melanjutkan acara ke sentra kramik Plered pada keesokan harinya. Entah bis melaju dengan kecepatan berapa, yang jelas saya dan Pak Mulyono tidak bisa menyusulnya. Di daerah Pasar Rebo Purwakarta, yang seharusnya lurus, kami berbelok ke kanan. Saya merasa heran karena saya merasa kalo jalan ini adalah jalan yang di lewati ketika kami menuju Wanayasa, itu artinya kami nyasar. Tapi, Pa Mulyono dengan kepercayaan diri beliau yang cukup tinggi tetep yakin kalo kita
"tidak nyasar". sampai akhirnya saya turun dari mobil dan bertanya kepada pedagang minuman, jalan menuju Jatiluhur. Tukang minuman itu berkata "Jalan ini menuju ke Wanayasa, kalo Bapak mau ke Jatiluhur, Bapak harus putar arah!" intinya kami berdua emang nyasar... akhirnya Pak Mulyono menuruti petunjuk penjual minuman tersebut dan kami pun kembali ke jalan yang benar.
Penderitaan saya dan Pak Mul belum berakhir. setelah memasuki jalan raya purwakarta menuju tol Jatiluhur, lagi-lagi kami nyasar... arah Ke Jatiluhur seharusnya belok kanan sebelum Ciganea, tapi kelewat dan akhirnya harus berputar kembali. Akhirnya kami pun memasuki jalan Jatiluhur. Setelah dua kali nyasar, kali ini terjadi lagi...! jalan menuju Hotel Jatiluhur kelewat. Seharusnya belok ke kiri, kami tetep lurus dengan penuh percaya diri dan kecepatan agak tinggi. Setelah cukup jauh terlewat, Pak Mul menyadari, bahwa jalan yang kita lalui bukan jalan menuju hotel Jatiluhur, karena beliau sempat survey bersama Pak Manaf dan Pak Asep. Saya pun turun dari kendaraan di sebuah perusahaan besar dan bertanya kepada petugas keamaanan arah menuju hotel Jatiluhur. Petugas keamanan pun menjawab sama dengan orang yang kami tanya saat di belokan Pasar Rebo tadi, "Hotel Jati luhur sudah terlewat cukup jauh (kurang lebih 2 Km) dan Bapak harus berputar arah". kami pun berputar arah mengikuti petunjuk. Akhirnya kami tiba di komplek Hotel Jatiluhur, lagi-lagi kami salah jalan dan harus bertanya. 4 Kali nyasar cukup melelahkan juga!!!
Kurang lebih pukul 19.30 saya dan Pak Mulyono tiba di loby Hotel. Perut saya pun sudah miscall-miscall terus. Kebutulan disana kami disediakan mie goreng. Tanpa fikir panjang saya dan Pa Mul melahap mie tersebut. Setelah itu peserta Wisil di panggil untuk makan, mereka pun makan malam sambil beristirahat dan menantikan penayangan film asal usul Bendungan Jatiluhur dan Purwakarta. Waktu makanpun usai, kini tiba saatnya untuk para siswa menyaksikan tayangan film persembahan dari panitia.
Ketiaka menyaksikan film, terlihat wajah-wajah capek dari peserta Wisil kali ini. Tapi meskipun cape, mereka cukup asyik memperbincangkan pengalaman mereka membajak sawah, menanam ikan, dan mandi di air terjun.
Pk. 21.30, Film pun usai kini tiba waktunya para peserta wisil untuk menganyam bulu mata dan tamasya ke alam mimpi. mereka dipersilahkan untuk kembali ke kamar masing-masing. Oow..., ada masalah, penghuni kamar kenanga tidak mau kembali ke kamarnya, mereka tetep berada di kendaraan yang mengantar mereka kekamar. Mereka lebih memilih diam di kendaraan daripada harus tidur di kamar kenanga. Menurut penuturan salah satu penghuni kamar kenanga 1 dan 2,
"kami takut kembali ke kamar soalnya serem, lebih baik kami tidur di mobil" Ujar Shelly penghuni kamar kenanga 1. Tapi kemelut itu dapat di atasi segera dengan menempatkan pahlawan-pahlawan pemberani di kamar kenanga. Ibu Atirah bersama Ibu Nur tidur di kamr kenanga 1 sedangkan Ibu Dewi bersama Ibu Widi tidur di kamar Kenanga 2. Akhirnya mereka pun bisa tidur dengan pulas sampai fajar merenggut pagi dan rembulan berganti mentari.
Kamis, Pk. 05.00 WIB seluruh peserta Wisil dibangunkan untuk melaksankan Ibdah Shalat Subuh. Setelah shalat subuh mereka melakukan jalan-jalan di area hotel Jatiluhur, sungguh pemandangan yang sangat indah, dari hotel Jatiluhur, kita bisa menyaksikan keindahan alam dan bendungan Jatiluhur.
Pk. 06.30 pihak hotel sudah menyediakan sarapan, peserta Wisil pun sarapan. Setelah sarapan seluruh peserta di himbau untuk bersiap-siap menuju tempat pembuatan keramik yang sangat terkenal di indonesia bahkan dunia, yaitu Sentra Pembuatan Keramik Plered Purwakarta yang beralamat di Jl. Anjun no 128 Plered Purwakarta. Pemberangkatan direncanakan pukul 08.00 WIB tapi harus mulur, karena banyak siswa yang terlambat menuju bis dengan beberapa alasan seperti mandinya lama, nungguin temen, ketiduran lagi setelah sarapan dan lain-lain. Akhirnya rombongan baru bisa berangkat pada pukul 08.30 WIB.
Pk. 09.15 Peserta Wisata Ilmiah SMP Islam AL Azhar BSD tiba di Plered. Mereka di sambut oleh panitia penyambutan tamu sentra kramik plered. Diantara penyambut tersebut terdapat beberapa orang yang menggunakan pakaian serba hitam dan berkumis seperti pendekar (
Jawara : Istilah sunda). Selain didambut, kami pun di jamu dengan makanan dan minuman khas purwakarta, yaitu minuman bajigur dan rebus singkong. Makanan dan minuman nikmat, tanpa bahan pengawet kimia. Kali ini Teguh (
artis sinetron Menggapai Mimpi di Siang Hari), berfikir seandainya minuman ini di sosialisasikan sampe ke manca negara, Teguh yakin minuman keras tidak akan laku, semua peminum minuman keras akan beralih ke minuman sehat berenergi :
Bajigur!
Setelah diberi pengarahan dari pihak Plered, dan penyerahan cindra mata dari Pihak Al Azhar ke Pihak Plered, peserta wisil dibagi kelompok untuk praktek membuat kerajinan dari tanah liat. Di sini peserta terlihat cukup antusias, mereka mereka berebut untuk menempati tempat mebuat kerajinan tangan yang diputar-putar (
entah apa namanya...?!?). Siswa peserta wisil tersebut membuat berbagai macam kerajinan tangan, mulai dari asbak, vas bunga, pesawat, kepalan tangan, orang yang sedang shooting ke ring basket, hingga bentuk-bentuk kerajinan tangan yang mereka beri tema kerjinan tangan tak berbentuk (
diartikan berdasarkan penafsiran yang melihat). Kerajinan mereka diukir dengan berbagi motif, bahkan ada yang menuliskan nama pembuatnya di kerajinan tersebut. Setelah selesai kerajinan mereka pun di nilai oleh tim penilai dan langsung dimasukan ke dalam nilai UAS praktek mata pelajaran seni dan budaya.
Waktu menunjukan Pk. 10.45 WIB, itu tandanya kami harus segera kembali ke hotel untuk melaksanakan Ibdah Shalat Jum`at. Keramik-keramik yang telah dibuat, ditinggalkan untuk kemudian di bakar dan akan di kirimkan ke Al Azhar. Pk. 12.00 WIB kami tiba di hotel Jatiluhur dan langsung melaksanakan shalat Jum`at yang di pimpin langsung oleh Ustdz Faiz Al Hakam. yang putri melaksanakan shalat dzhur di kamar hotel masing-masing.
Pk. 12.30 setelah selesei sholat, peserta diinstruksikan untuk membereskan kamar dan barang bawaan, karena rombongan akan meninggalkan Hotel (
Check out). Pk. 13.30 Peserta sudah berada di Bis, dan siap menuju rumah makan Ciganea Purwakarta untuk makan siang.
Pk. 14.00 WIB rombongan tiba di Ciganea, mereka sudah disediakan nasi box untuk makan siang. tanpa banyak basa-basi peserta rombongan pun mengambil makanan yang sudah disediakan dan merekapun menyantapnya dengan lahap. (
karena jadwal makan siangnya sudah terlambat) sambil makan mereka dihibur oleh Bintang Tamu Ibu Kota, Kaca Band. selain itu kami pun kedatangan wartawan TV Lokal Purwakarta yang akan meliput kegiatan kami. mereka mewawancarai beberapa siswa SMP AL Azhar mengenai kegiatan yang sedang berlangsung. Tim Tari Saman SMP berkesempatan menunjukan kebolehannya menari saman. menurut informasi, acara tersebut tampil di TV Lokal Purwakarta.
Pk. 15.00 WIB, sudah waktunya peserta Wisil kembali ke kampus Al Azhar BSD. Untuk bertemu dengan sanak saudara mereka.
Mohon maaf, peliputan hanya sampai Ciganea soalnya reporter harus melaksanakan peliputan di Bandung (
daerah asal reporter)
Ucapan Terima Kasih Kepada Yang Terhormat : Pelaksana Harian YM BSD beserta staf, Pimpinan SMP I Al Azhar BSD, Dewan Guru SMP I Al Azhar BSD, Masyarakat Wanayasa Purwakarta, Hotel Jatiluhur Purwakarta, Sentra Kramik Plered, Rumah Makan Ciganea, TV Purwkarta (Jatiluhur TV).