Sepatah Kata
Sebagaimana hidup merubah warnanya, begitu juga nafas jiwa dalam rindu kalbu. setiap hamba Tuhan tak pernah lepas dari perubahan.
Ketika sang pagi hadir, senjapun menjemputnya. Ketika malam menyapa, mentari pagi dengan rela menggantikannya, kala secercah embun menyambut hadirnya sang fajar. Pun dengan langkah. Selama nafas masih ada dalam rongga kehidupan, selama itu pula akan tercipta tapak-tapak dalam titian jejak langkah.
Begitulah alunan hari, tak pernah sirna dari derai tawa, tangis manja, keluh kesah. Bagai rangkaian bunga tak akan pernah nampak indah jika dipajang tanpa helaian daun dengan penopang yang kuat sebuah jambangan.
Hidup memang mengarahkan pribadi pada sebuah kearifan untuk mampu memandang setiap derajat yang dijalaninya. Sejauh mana dipandang derajat itu sebagai bagian dari episode hidup, sejauh itu pula derajat akan tetap apik dalam balutan kata hati dan makna langkah yang sedang dan sudah diciptakan. Kemana sebenarnya langkah ditujukan, disitulah romansa hidup dalam segala gerakannya tercipta.
Hidup membuat sebuah episode dan bisa menjadi legenda. Ketika legenda itu muncul kembali dalam bayang masa kini, hati, jiwa dan tahta kalbu akan tersayat. Dan manakala kepedihan yang dirasa, sudah pasti air mata menjadi teman setia langkah.
Tapi tak ada yang sia-sia dalam pengorbanan. Pengorbanan merupakan bagian terbesar dari sebuah pencapaian kata jiwa. Tidakkah itu membentuk pribadi yang mampu memberikan segala yang dipunyai?
Dalam Cinta, hidup , ketegaran, kekuatan dan pengorbanan merupakan satu rangkum asa yang tak bisa dilepaskan. Ketika cinta sudah begitu melegenda dalam ujud diri, tak lagi ada terasa apa yang sudah dilakukan. Yang ada hanyalah rasa bangga terhadap sang terkasih. Sampai lautan menguap cinta tak akan pernah lepas dari pengorbanan. Tanpa pengorbanan, cinta hanya akan terasa mengalir begitu saja, tanpa pengorbanan takkan ada rasa berdebar manakala kekuatan cinta terganggu ribuan badai.
Seperti pagi merangkak menuju senja, cinta pun begitu adanya. Merangkak, menelusuri setiap celah dalam ruang hati yang tersedia.
Cinta yang tercipta tak selamanya menorehkan kebahagiaan. Ketika kebencian sudah begitu menguasai nurani, kebencian menjadi sahabat sejati dalam pengembaraan, sehingga rasa tertambat pada sebuah kata yang menusuk dan menyakitkan juga mengerikan akan lahir dengan sendirinya, “kematian”.
Tak sedikit cinta berakhir tragis.
Perpisahan dalam mengarungi bahtera kebersamaan menjadi episode paling menyakitkan diantara episode yang pernah tercipta. Apadaya dia yang dicintai, dia yang dikasihi, dia yang menjadi tambatan kala pucuk-pucuk hati mulai mekar dari tangkainya harus direlakan kepergiannya. Tak mampu berucap. Keterpakuan, kenelangsaan, kepedihan bercampur memorakporandakan seluruh isi tahta hati. Kebekuan mengelana. Bahkan pedih yang teramat sakit melegenda dalam waktu yang tak terhitung.
Musim berganti dalam gayutan alam, membuat sadar bahwa cinta terukir dari sebuah pertemuan rasa, dan mungkin cinta harus terpisah dari bongkahan rasa yang terjalin hanya karena alur yang dinikmati tak sejalan dengan skenario yang diinginkan. Mengapa mesti harus ada cinta jika akhir yang tercipta menyisakan kedukaan yang tiada batas???
Kini saat hati berduka, kala kesendirian menguasai raga semuanya harus beranjak, semuanya harus direlakan. Meski tak lagi ada kebersamaan, ada bagian yang tak mungkin terlupakan dari perjalanan cinta. Yang ada keinginan untuk saling menemani raga, tapi apa daya kegalauan yang dirasa. Selamat jalan untuk cinta yang telah berlalu, selamat datang untuk dendang keemasan dalam sangkar ketulusan. Tak ada yang abadi dalam jalinan dua tangkai hati selain ketulusan saling berbagi, saling menerima untuk memagutkan asa dalam cinta yang tanpa batas.
Dalam rasa yang ditanam, merah buah yang dipetik. Kala bunga dirangkai dalam jambangan saat itulah hati dan rasa mulai menyatu untuk satukan asa dalam ikrar suci. Selalu setia dalam suka dan duka tanpa batas waktu yang menjadi saksi dalam kebersamaan di antara untaian janur kuning dalam balutan busana cinta.
Ah pengantinku..., kusanding dirimu dalam ranum cinta, kupeluk dirimu dalam harkat cinta yang maha tinggi. Kurebahkan kesucian dan kepolosan cinta yang tanpa penghalang sedikitpun. Demi cinta semuanya seakan menjadi cermin dalam penelusuran kata hati. Kini saat hati dan jiwa mulai diliputi satu rasa, masa lalu menjadi bagian yang ditinggalkan. Melangkah memantapkan jejak untuk menuai hari-hari indah bersama cinta yang mulai hadir dan mengakar. Selamat datang cintaku, aku akan hayati hidup bersama kemurnian batin untuk menautkan asa dan cinta dalam kesungguhan kata hati.
Semoga dengan cinta, kedamaian dalam raga akan terasa. Semoga dengan cinta pula tiang angan untuk memantapkan langkah dalam pencapaian nurani jiwa bisa terwujud, semoga dengan cinta jua penyatuan akan ada, abadi dalam setiap tetesan langkah. Secercah embun pagi, begitulah cinta yang diharapkan.
Cimahi, Desember 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar